Kecepatan Cahaya menurut Mansour H. Elnaby

 














 


Setelah ditemukannya kecepatan cahaya, oleh salah satu ilmuwan modern yang paling dikenal. kembali lagi kita harus melihat kedalam Islam bahwa ada sesuatu itu lagi-lagi ditemukan telah ada dalam Al-Qur'an sejak yang turun 1400 tahun yang lalu. Dan sekali lagi kita akan berkata kenapa bukan Islam yang menemukannya lebih dulu.

SINODIK DAN SIDERIAL

Dalam menghitung gerakan benda langit, digunakan dua sistem yaitu Sinodik dan Siderial. Sistem Sinodik didasarkan pada gerakan semu Bulan dan Matahari dilihat dari Bumi. Sistem ini menjadi dasar perhitungan kalender Masehi di mana satu bulan = 29,53509 hari.

Sistem Siderial didasarkan pada gerakan relatif Bulan dan Matahari dilihat dari bintang jauh (pusat semesta). Sistem ini menjadi dasar perhitungan kalender Islam (Hijriah) di mana satu bulan = 27,321661 hari. Ahli-ahli astronomi selalu mendasarkan perhitungan gerak benda langit (mechanical of Celestial) kepada sistem Siderial karena dianggap lebih eksak dibandingkan sistem Sinodik yang mengandalkan penampakan semu dari Bumi.

SINYAL DARI AL-QUR'AN

Mengetahui besaran kecepatan cahaya adalah sesuatu yang sangat menarik bagi manusia. Sifat unik cahaya yang menurut Einstein adalah satu-satunya komponen alam yang tidak pernah berubah, membuat sebagian ilmuwan terobsesi untuk menghitung sendiri besaran kecepatan cahaya dari berbagai informasi .

Seorang ilmuwan matematika dan fisika dari Mesir, Dr. Mansour Hassab Elnaby merasa adanya sinyal-sinyal dari Alquran yang membuat ia tertarik untuk menghitung kecepatan cahaya, terutama berdasarkan data-data yang disajikan Alquran. Dalam bukunya yang berjudul A New Astronomical Quranic Method for The Determination of the Speed C, Mansour Hassab Elnaby menguraikan secara jelas dan sistematis tentang cara menghitung kecepatan cahaya berdasarkan redaksi ayat-ayat Alquran. Dalam menghitung kecepatan cahaya ini, Mansour menggunakan sistem yang lazim dipakai oleh ahli astronomi yaitu sistem Siderial.

Ada beberapa ayat Alquran yang menjadi rujukan Dr. Mansour Hassab Elnaby. Pertama, "Dialah (Allah) yang menciptakan Matahari bersinar dan Bulan bercahaya dan ditetapkannya tempat bagi perjalanan Bulan itu, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan." (Q.S. Yunus ayat 5).

Kedua, "Dialah (Allah) yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan masing-masing beredar dalam garis edarnya" (Q.S. Anbia ayat 33).

Ketiga, "Dia mengatur urusan dari langit ke Bumi, kemudian (urusan) itu kembali kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun menurut perhitunganmu" (Q.S. Sajdah ayat 5).

Dari ayat-ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jarak yang dicapai "sang urusan" selama satu hari adalah sama dengan jarak yang ditempuh
Bulan selama 1.000 tahun atau 12.000 bulan. Dalam bukunya, Dr. Mansour menyatakan bahwa "sang urusan" inilah yang diduga sebagai sesuatu "yang berkecepatan cahaya ".

HITUNGAN ALQURAN MENURUT DR MANSOUR

Dari ayat di atas dan menggunakan rumus sederhana tentang kecepatan, kita mendapatkan persamaan sebagai berikut:

C x t = 12.000 x L ...............(1)
C = kecepatan "sang urusan" atau kecepatan cahaya
t = kala rotasi Bumi = 24 x 3600 detik = 86164,0906 detik
L = jarak yang ditempuh Bulan dalam satu edar = V x T

Untuk menghitung L, kita perlu menghitung kecepatan Bulan. Jika kecepatan Bulan kita notasikan dengan V, maka kita peroleh persamaan:

V = (2 x x R) / T
R = jari-jari lintasan Bulan terhadap Bumi = 324264 km
T = kala Revolusi Bulan = 655,71986 jam, sehingga diperoleh
V = 3682,07 km / jam (sama dengan hasil yang diperoleh NASA)

Meski demikian, Einstein mengusulkan agar faktor gravitasi Matahari dieliminir terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang lebih eksak.

Menurut Einstein, gravitasi matahari membuat Bumi berputar sebesar :

a = Tm / Te x 360°
Tm = Kala edar Bulan = 27,321661 hari
Te = Kala edar Bumi = 365,25636 hari, didapat a= 26,92848°

Besarnya putaran ini harus dieliminasi sehingga didapat kecepatan eksak Bulan adalah
Ve= V cos a.

Jadi, L = ve x T, di mana T kala edar Bulan = 27,321661 hari = 655,71986  jam

Sehingga L = 3682,07 x cos 26,92848° x 655,71986 = 2152612,336257 km

Dari persamaan (1) kita mendapatkan bahwa C x t = 12.000 x L

Jadi, diperoleh C = 12.000 x 2152612,336257 km / 86164,0906 detik

C = 299.792,4998 km /detik


Hasil hitungan yang diperoleh oleh Dr. Mansour Hassab Elnaby ternyata sangat mirip dengan hasil hitungan lembaga lain yang menggunakan peralatan sangat canggih. Berikut hasilnya :

Hasil hitung Dr. Mansour Hassab Elnaby C = 299.792,4998 km/detik

Hasil hitung US National Bureau of Standard C = 299.792,4601 km/ detik

Hasil hitung British National Physical Labs C = 299.792,4598 km/detik

Hasil hitung General Conf on Measures C = 299.792,458 km/detik

Hasil ini menunjukkan beberapa hal, yaitu
  1. Umat Islam bisa menggali semua potensi keilmuan sains tanpa meninggalkan Al-Qur'an (Sains bisa dicari dari Al-Qur'an)
  2. Al-Qur'an merupakan sumber ilmu pengetahuan yang luarbiasa. Al-Qur'an dengan segala keajaiban sastra, sains, ketepatan sejarah dan kehebatan dari segala disiplin ilmu yang memandangnya, memang merupakan mukjizat paling nyata, dahsyat dan tiada duanya. Suatu Mu'jizat yang berfungsi menyeru manusia untuk kembali mengingat Allah dan kembali pada ajaran-Nya.
  3. Terlepas dari benar atau tidaknya ijtihad seorang ulama diatas, Al-Qur'an yang tidak pernah mengikuti zaman tetap tidak ketinggalan zaman.
  4. Al-Qur'an tidak pernah memakai istilah buatan manusia seperti kilometer, gram, inchi, tak pernah juga menyebutkan waktu dzuhur itu jam 12, (karena itu merupakan kesepakatan yang tidak ada di semua zaman) melainkan menggunakan istilah seperti hasta (walaupun ukuran ini relatif menurut ilmu), dan menggunakan istilah tergelincirnya matahari karena ukuran ini lebih jelas dan tetap nilainya sepanjang zaman karena tidak terpengaruh oleh kesepakatan internasional yang muncul kemudian.

Sumber: petreli